Cinta, kata yang selalu diucap ketika suka terhadap seseorang. Entah itu manusia, hewan , atau sebuah benda. Tetapi apakah semua yang mengatakan itu benar-benar cinta ?
 

Buanglah jauh-jauh kata ‘cinta’ jika hanya didasari dengan kata ‘suka’. Karena cinta tak seban-ding dengan suka. Suka cenderung memaksakan untuk memiliki. Sebagai perbandingan, ketika kita menyukai sesuatu (boneka, sepesa motor, ataupun mobil) cenderung memaksakan kehendak untuk memilikinya. Bagaimanapun caranya akan ditempuh. Suka berarti harus memiliki. Sehing-ga sering diartikan “ kalau cinta harus memiliki, jangan biarkan orang lain mengambilnya”.

Cinta kan tidak harus memiliki, jika harus memiliki bukan cinta, tetapi memaksa.
(Sempu, Oktober 2011).

Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dialami penulis, versi cinta terbagi menjadi 3.
  1. Love’s scaried
Cinta karena takut. Seorang bawahan cinta dengan atasanya dan patuh dengan apa yang diucapkan bosnya. Hal itu semata karena takut akan dipecat atau dipotong gajinya. Ke-kasih patuh dengan pasanganya karena takut ditinggalkan atau diputus di tengah jalan. Seorang hamba patuh dengan Tuhannya karena takut akan dimasukkan ke dalam neraka-NYA. Cinta pada bagian ini muncul karena ia takut sesuatu yang buruk akan menimpa dirinya.
  1. Love’s superior
Cinta karena kelebihan yang dimiliki. Fans cinta karena kelebihan yang dimiliki seorang artis / aktor dalam berakting. Michel Jakson dicintai fansnyta karena kepiawainya dalam bernyanyi. Kekasih cinta karena ketampanan atau kecantikan, bahkan cinta karena fisik yang dimiliki pasanganya. Tentu cinta ini hanya sementara, karena waktu terus berjalan dan berdetak. Muda akan merasakan tua, sehingga cantik atau tampan, seksi ataupun kekar akan pudar seiring dengan berjalanya waktu.


  1. Love’s glory
Cinta yang alami. Cinta ini muncul bukan karena takut atau kelebihannya. Cinta ini mun-cul secara alami. seorang hamba cinta kepada Tuhannya bukan karena takut akan neraka-NYA tetapi karena merasa nyaman dan tenang di dekatNYA. Cinta ini membuat hamba melakukan berbagai cara agar selalu dekat dengan Tuhannya. Kekasih yang mencintai pasanganya bukan karena takut ditinggal pergi atau karena tampan cantiknya, tetapi senang dan nyaman di dekatnya. Cinta ini membuatnya berusaha membahagiakan dan membuat pasanganya merasa nyaman dan betah di dekatnya. Cinta ini cenderung berta-han lebih lama dibandingkan dua cinta sebelumnya, karena cinta ini terlepas dari usia dan waktu.

Dari penjelasan-penjelasan tersebut, tentu kita mengetahui cinta yang bagaimana yang kita miliki ??

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Pembelajaran bahasa Indonesia sebagai alat pendidikan berfungsi untuk mengarahkan peserta didik pada pemilikan dan penggunakan kalimat bahasa Indonesia yang baik dan benar, sehingga mereka mampu menuangkan ide, gagasan, serta dapat mengkomunikasikanya secara tertulis dan lisan. Oleh sebab itu, tidak mudah menguasai keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut merupakan salah satu mata rantai yang tidak dapat dipisahkan dan mempunyai hubungan yang timbal balik. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Tarigan (1990 ; 2 ),
Setiap keterampilan berbahasa erat sekali berhubungan dengan ketiga lainya dengan cara yang beraneka ragam, selanjutnya setiap keterampilan itu erat pula berhubungan dengan proses berfikir yang mendasari bahasa. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu Kesatuan Catur Tunggal.

1
 
Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang menjadi tujuan pengajaran berbahasa di sekolah. Dari keempat keterampilan ber-bahasa, sesuai dengan urutan pemerolehanya, keterampilan menulis merupakan keterampilan yang paling akhir dikuasai oleh para pembelajar bahasa. Keteram-pilan menulis dianggap sebagai keterampilan yang paling sulit. Sebagaimana di-kemukakan Nurgiyantoro ( 2001:396 ),
Dibanding tiga kemampuan berbahasa lainya, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal ini disebabkan oleh kemampuan me-nulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang menjadi isi karangan. Baik unsur bahasa maupun unsur isi haruslah terjalin sedemikian rupa, sehingga menghasilkan kemampuan yang runtut dan padu .

Pendapat tersebut selaras dengan pendapat Sabarti dkk ( 1999;2 ),  bahwa kemampuan menulis merupakan kemampuan yang kompleks yang menuntut se-jumlah pengetahuan dan keterampilan tersebut diperkuat oleh pengertian menulis yang berdasarkan kondisi akademik kepengarangan.
Dengan demikian, diakui bahwa keterampilan menulis merupakan kete-rampilan yang sulit dan kompleks. Untuk itu, pembelajaranya perlu mendapatkan perhatian. Salah satu modal yang perlu ditanamkan dan dimiliki oleh siswa adalah adanya kemauan dan niat yang kuat dari seluruh siswa. Terus berlatih dan belajar dengan bimbingan guru yang terlatih. Berkenaan dengan masalah seperti ini Asul Wiyanto ( 2004:9 ) berpendapat, “…dengan permulaan dan kebiasaan seperti ini maka kita akan terampil dalam memilih kata, menulisnya menjadi kalimat dan cara merakit paragraph, cara membeberkan masalah, cara memulai tulisan, mengurai isi, dan mengakhiri tulisan. “
Dari hasil pengamatan yang dilakukan di MTs. Hasan Alwi Banyakan ternyata banyak siswa kurang mampu menulis. Pada umumnya kesulitan yang dialami adalah kesulitan memulai menulis, dan kesulitan menentukan ide yang akan ditulis. Tipe-tipe kesulitan ini selaras dengan pendapat Fikri Amrullah (2011) menyatakan,
Banyak orang yang merasa kesulitan untuk memulai menulis karena berbagai alasan dan faktor yang melatarbelakanginya, seperti merasa belum pakar, tidak tau apa yang ingin ditulis, sedikit membaca buku. untuk dapat banyak menulis juga harus banyak membaca, paradigma semacam itu yang terkadang membuat menulis menjadi suatu hal yang sulit dan khusus untuk dilakukan.

Berdasarkan keadaan seperti ini maka meniliti kemampuann menulis ka-rangan narasi di lingkup siswa sekolah menengah pertama mendesak untuk di-lakukan. Hal ini dimaksudkan agar siswa memiliki kemampuan menulis.
Dipilihnya jenis karangan narasi didasari atas beberapa pertimbangan. Pertama, karangan narasi bercirikan cerita yang didasarkan pada urutan-urutan suatu kejadian atau peristiwa. Hal ini memudahkan siswa untuk memulai mem-buat tulisan. Kedua, karangan narasi merupakan jenis karangan yang disukai siswa. Ketiga, ide atau gagasan dalam karangan narasi lebih cepat diperoleh karena bisa didasarkan pada pengalaman pribadi siswa.